Jumat, 30 Desember 2011

Seandainya Saya Menjadi Anggota DPD RI

s
 Seandainya saya menjadi anggota DPD RI, saya membayangkan pergi ke kantor saya, menembus keramaian dan kepadatan kota Yogyakarta dengan menggunakan sepeda. Kelak, saya mempunyai sebuah mimpi dimana kota besar seperti Yogyakarta dan kota – kota besar lain di Indonesia menjadi tempat yang nyaman bagi semua lapisan masyarakat, kaya, miskin, menengah semuanya mendapatkan tempat, tidak terlihat jurang kesenjangan sosial. Caranya adalah dengan memperbanyak ruang public, kemudian mengatur tata letak, dan alih fungsi lahan, sehingga lebih banyak orang yang melakukan mobilisasi menggunakan sepeda atau jalan kaki.  Selain mendukung langkah go green, hal ini juga akan meningkatkan taraf kesehatan orang – orang Indonesia yang diklaim masih di bawah negara – negara ASEAN lainnya. Saya akan mengembangkan sekolah – sekolah di Indonesia tidak hanya berorientasi kepada ijazah atau nilai, tapi lebih kepada orientasi kemampuan menghadapi masa depan serta mencetak manusia - manusia Indonesia yang tidak memberhalakan harta dan memiliki moral dan karakter yang kuat.  Saya menggunakan produk dalam negeri sebagai salah satu sarana mendukung usaha masyarakat Indonesia menuju kemandirian nasional, karena apa yang saya pahami selama ini, bangsa yang maju tidak menggantungkan dirinya pada pihak asing dan memiliki nasionalisme tinggi dan bahkan mungkin berlebihan. Saya akan menanamkan kepada generasi muda betapa Indonesia mempunyai potensi geopolitik dan geostrategi yang luar biasa. Dan saya akan memanfaatkan potensi itu untuk hajat hidup orang banyak. Mungkin teknologi yang kita punya belumlah mampu diandalkan, jika ada pihak asing yang ikut berkecimpung, saya akan berada di garda depan yang mengharuskan nota kesepakatan itu sudah termasuk transfer ilmu dan teknologi dari asing. Jika tidak, biarkan saja potensi lokal itu dikelola masyarakat lokal sendiri sampai kita bisa mengolahnya dengan lebih modern. Saya tidak akan membiarkan generasi muda mempunyai sikap yang pesimis terhadap pemerintah dan masa depan Indonesia. Karena saya tahu bukan hal mudah bertahan dengan cinta bertepuk sebelah tangan. Saya akan berusaha menjamin hak dasar warga negara. Sehingga mereka akan memahami nasionalisme bukan sebatas sejarah kejayaan masa lalu atau keragaman budaya, saya ingin mereka merasakan bahwa negara mencintai segenap warganya, tanpa terkecuali. Kemudian, di masa depan, konsep kerakyatan akan saya kembangkan sebagai ekonomi dan pertanahan, sehingga tidak akan ada orang Indonesia yang terusir dari tanah mereka sendiri. Itu berarti menata kembali Undang – Undang Agraria menjadi lebih baik. Juga menyederhanakan regulasi guna mengurangi intervensi pemerintah, karena dengan jalan itu saya yakin angka korupsi akan berkurang. Saya akan tetap memegang dan membawa segala idealisme saya ketika masih sebagai mahasiswa dahulu, ketika ‘apa yang bisa saya lakukan untuk negara’ menjadi visi saya. Karena mungkin, kerusakan – kerusakan yang terjadi masa kini di Indonesia disebabkan pejabat – pejabat sudah meninggalkan idealisme mereka ketika mereka masih menjadi mahasiswa. Saya yakin bahwa daerah abu – abu itu pasti datang. Tapi ketika dia datang menyerang saya, mungkin itulah tiba waktu dalam hidup saya ketika saya harus berhenti mengkhawatirkan diri saya sendiri dan berfokus pada kebaikan orang banyak.

Sabtu, 08 Oktober 2011

OSPEK!

Oke, this is my second posting. Berawal dari pembicaraan ringan mengenai manfaat sebuah ospek tadi malam, serta mendengar beberapa 'curhatan' ospek dari teman-teman, saya sedikit membagi pengalaman ospek dan pandangan saya sendiri mengenai ospek. Well, here is the story :
Sebenarnya waktu pertama kali mengalami peralihan dari siswa SD menjadi SMP saya tidak begitu mengerti apa itu ospek. Saya masih ingat waktu hari pertama ospek saya masih masuk terlambat saja seperti kebiasaan saya waktu SD :p. Dasar saya yang tidak 'ngeh', alhasil beberapa hari dan beberapa kali mendapat hukuman karena terlambat. Paling buruk adalah disuruh keliling gedung satu sekolah, plus dengan kalimat-kalimat yang tidak jelas. Kemudian lanjut dengan acara-acara yang sebagian jelas tapi banyak ngga jelasnya. Kesimpulan saya waktu itu ospek = hukuman + disiplin kolot + senior yang gila hormat, dsb. But, well kan masih belum dewasa ya, okelah :p
Karena saya agak lupa kejadian waktu ospek SMA saya, dan saya rasa tidak ada yang begitu istimewa mengenai ospeknya saya akan lanjut ke ospek uni. Saya bisa katakan one thumb up for ospek uni, karena saya rasa ospek uni, terutama fakultas saya tidak terlalu dipusingkan dengan hal - hal yang tidak berguna. Kami menonton pensi, membatik, keliling kampus, makan-makan, ya no violence J.
Kemudian lanjut dengan pengalaman ospek teman – teman saya. Beberapa teman saya sangat dipusingkan dengan kegiatan ospek kampus. Mulai dari diserahi tugas mencari barang yang aneh-aneh, kemudian dibentak – bentak sampai nangis, diserahi tugas seabreg yang tidak mengenal waktu, sampai mendapat kekerasan fisik. Dan saya sangat tidak setuju dengan yang terakhir. What do they think they are, huh?I thought that they haven’t known about Ahimsa yet. Seriously, they must know about that :p.
Tidak jarang juga ospek dijadikan ajang untuk balas dendam senior ke junior. Soalnya mereka mau balas dendam ke senior gabisa sih, jadi balesnya ke junior xD. Hei, it’s not fair, keep it little stupid xD.
            Berangkat dari pengalaman ospek seorang teman yang ospeknya sangat panjang sekali, saya kemudian berpikir, apa manfaat ospek? Sebenarnya apa tujuan mahasiswa–mahasiswa terdidik ini menghabiskan waktu dan tenaga untuk hal ini?
            Jujur saja saat pertanyaan – pertanyaan ini muncul, pikiran saya terbang ke era Mahatma Gandhi yang waktu itu masih menjadi mahasiswa junior saat melanjutkan studi hukumnya di Inggris. This is what he said in his autobiography“Saya pada awalnya tidak mengerti, dan sampai sesudahnya pun saya tetap tidak bisa mengerti. Bagaimana acara makan malam ini menjadikan para mahasiswa untuk dapat menjadi advokat yang lebih baik.......”.
            Walaupun dengan konteks yang sedikit berbeda, namun saya rasa hal ini dapat dianalogikan dengan sebagian ospek 'cara lama' yang ada di Indonesia. Mungkin akan lebih baik jika budaya warisan zaman kolonial ini lebih disesuaikan dengan era nya. It’s okey jika acaranya memang membangun, tapi jika acara tidak jelas, ngga ada isinya, hanya untuk ajang pamer senioritas sebaiknya direvisi. So, bagi Anda yang calon mahasiswa senior, mahasiswa junior membutuhkan inspirasi pertama yang berharga dari Anda. Will you do as your senior do?, it’s your call!

by Prita Mustika

Rabu, 05 Oktober 2011

Oke, it's my first post. Sebuah essay tentang nuclear power (sebenarnya baru rintasan singkatnya saja). Well I don't make it intentionally. Tapi lebih karena tugas ospek kampus sebelah yang harus saya kerjakan karena beberapa hal. But, actually I enjoy doing this task :)

Nuclear Energy : Does The World Needs It?
Nuclear energy is recently offered as an alternative energy to overcome the crisis of energy. The debate about nuclear energy has never come to an end. Some people agree with the utilization of it because it has many great advantages. However,  some others  disagree because  its great risks to environment.
Those people who agree with the utilizing of nuclear energy argue that it is a best option to sustain our demand of energy and also it will reduce our dependance of fossil fuel. As we know, the raising of human population and economies makes the demand of energy soared. And the important thing that people tend to overlook is that our energy, fossil fuel such as coal and oil are not renewable. Human lives will come to an end when these energy gone, unless we can find a way to live without coal and oil. Nuclear energy , in this case, offers an efficient way which can provides million people’s demand of energy. Those also claims that nuclear energy doesn’t release any emissions. It is “zero release”.  So, it doesn’t like fossil fuel which produces carbon dioxide and green houses gasses which primarily responsible of global warming .  In simple, this process uses a radioactive material to heat water into steam, which in turn rises to the top of a chamber. The stream then turns a turbine which is converted to electricity. So, on environmental overview it will never cause pollution, but the others energy, such as coal and oil, they really do.
On the other hand, people who disagree with the use of nuclear energy argue that the power of nuclear can destroy human lives. Chernobyl incident proves it. In 1986, there was an explosion at nuclear plant in Chernobyl, Ukraine. It killed thousands of people and led millions more to unhealthy condition. Its radiation caused cancer, and birth defects. It is also responsible for contamination of soil and water. As a result, human lives are impossible for miles around. Recently, Japan has been the second time. Some its nuclear plants leaked due to tsunami and earthquake. And there is no place in the world is free from earthquake, floods, tsunami etc which possibly can cause nuclear plant’s leaking. On these point of views nuclear energy is fail.
It is obvious that fossil fuel has many contributions to the environmental pollution. It is also true that nuclear power provides us great quantities of energy. But, the possibility of nuclear energy to destroy the human lives is greater than the environmental pollution contributions which is caused by fossil fuel.
According to me, it will be wiser if we are in the middle of these two groups. Nuclear energy can be used more, but thinking that nuclear energy is not a long term answer is the best.